Pandora Film Korea Terbaru


Kelihatannya film ini diproduksi karena terpengaruh pada krisis nuklir Fukushima tahun 2011, di mana tidak ada sutradara Jepang yang berani membuat film mengenai hal tersebut. Bencana yang mengerikan khususnya warga Fukushima akan sangat sensitif dengan film seperti ini. Film ini ditulis dan disutradarai oleh Park Jung Woo yang pernah membuat film thriller ‘Deranged’ tentang wabah parasit yang menyerang Korea.

Film bertemakan bencana memang sangat populer tahun ini karena melihat keberhasilan ‘Deranged’ dan ‘Train To Busan’ berhasil meraup pundi-pundi Dollar sampai ke negara seberang. ‘Pandora’ dibintangi oleh Jeong Jin Yeong, Kim Nam Gil, Kim Myung Min , Lee Kyoung Young, dan Kim Young Ae. Ini merupakan yang kedua kalinya bagi Kim Myung Min bekerja sama dengan Park Jung Woo.

Korea Selatan adalah salah satu pengguna tenaga nuklir di dunia dan bila kita lihat tulisan di akhir film menyatakan ada 24 pembangkit listrik tenaga nuklir di sembilan kota menyebar di 28 kabupaten di Korea. Sebagian besar pembangkit tersebut berada di bagian selatan Korea yang rentan dengan gempa bumi. Kejadian yang terjadi di Jepang dan banyaknya warga Korea yang menentang penggunaan tenaga nuklir, sutradara menggunakan film ini untuk mengkritik kebijakan pemerintah yang terus membangun nuklir setelah terjadinya bencana di Jepang.

Film ini membutuhkan sekitar empat tahun untuk pembuatannya. Tema yang kontroversial membuat sutradara kesulitan untuk mendapatkan perusahaan pembangkit listrik tenaga nuklir yang mau bekerja sama untuk membuat film ini. Bahkan setelah film ini dibuat, tidak ada kejelasan pembangkit listrik daerah mana yang dipakai untuk membuat film ini.

Cerita film dimulai dari sebuah kota yang berada dalam wilayah pembangkit tenaga listrik dengan tenaga nuklir. Karena adanya pembangkit tersebut membuat kota tersebut kehilangan wisatawan dan kehilangan tempat untuk bertani. Warga kota kebanyakan bekerja untuk perusahaan pembangkit listrik. Salah satu pekerja adalah Kang Jae-hyuk (Kim Nam-gil) yang bekerja di bagian mekanik. Ibunya, Mrs. Seok (Kim Yeong Ae) dan kakak iparnya Jung Hye (Moon Jeong Hee), mempunyai sebuah restoran dan pacarnya (Kim Joo Hyun) yang juga bekerja di pembangkit listrik sebagai public relation. Sedangkan kakak dan ayah Jae Hyuk telah lama meninggal dunia akibat kecelakaan di pabrik listrik tenaga nuklir tempat dirinya sekarang bekerja.

Menurut saya, awal film yang menceritakan kehidupan warga kota terlalu panjang, seharusnya bisa lebih di persingkat. Terlalu banyak cerita di awal tidak terlalu bagus buat film bencana.

Pada suatu hari, terjadi gempa dengan skala 6,1 Richter yang menyebabkan adanya kebocoran pada reaktor nuklir. Radiasipun bocor dari katup pendingin yang retak.  Sebagai pekerja, mereka takut untuk memperbaikinya mengingat bahaya dari radiasi itu sendiri.

Tidak lama kemudian, katup lainnya meledak dan menyemprotkan cairan pendingin di pusat pembangkit listrik tenaga nuklir yang mampu memicu panas bertekanan tinggi sehingga dapat menyebabkan terjadinya ledakan nuklir yang dapat mengancam keselamatan warga kota.

Pemerintah yang dalam hal ini sudah sangat paham resiko dari bocornya reaktor nuklir, berencana untuk memperbaikinya tanpa memberikan pengumuman kepada warganya. Bahkan usulan untuk mengungsikan wargapun akhirnya dibatalkan karena kuatir sentimen warga semakin meningkat. Apalagi selama ini sudah terlihat gerakan anti nuklir yang terus digulir. Ketidaktahuan warga mengenai nuklir tidak hanya akan membuat kepanikan warga kota tetapi akan menjadi kepanikan nasional. Apalagi para petinggi pemerintah yakin perusahaan dapat menangani masalah yang terjadi.

Sutradara menambah intensitas film ke tingkat yang lebih tinggi. Jika balok bahan pembakar terkena udara, akan menyebabkan suhu pada balok meningkat dan akan meleleh. Tahap ini yang disebut dengan kondisi melt down. Proses ini akan menghasilkan hidrogen yang menyebabkan peningkatan suhu di dalam tungku. Jika nuklir tidak mampu menahan panas yang dihasilkan, maka akan meledak. Untuk mencegah terjadinya ledakan, emisi dari radiasi harus dikeluarkan.

Saat mereka menyadari hal tersebut, sudah terlambat untuk melakukan evakuasi. Hal terbaik yang bisa mereka lakukan adalah melakukan evakuasi terhadap warga yang tinggal paling dekat dengan reaktor agar mereka tidak terkena dampak langsung dari radiasi yang akan dibuang ke udara.


Sementara itu, kepanikan terjadi pada para pekerja. Mereka berlarian meninggalkan pekerjaan mereka, padahal untuk membuang emisi ke udara membutuhkan tenaga untuk membuka katupnya. Kepahlawanan para pekerja menjadi taruhannya. Presiden mendapatkan tantangannya sendiri. Menyelamatkan 17 ribu warga kota dengan mempertaruhkan nyawa 50 juta penduduk atau mengorbankan 17 ribu orang untuk kepentingan 50 juta. Mana yang akan dipilih?

Ini adalah kata yang perlu dipikirkan bagi seorang pemimpin. Walaupun jumlahnya kecil tetapi mereka tetap penduduk negara kita. Siapa yang berhak menentukan jika mereka harus dikorbankan demi kepentingan orang banyak? 

Sang sutradara tidak lupa membuat klimaks dengan memberikan suatu kesedihan dan aksi kepahlawanan di akhir cerita.


***


No comments:

Post a Comment