Film yang diangkat dari cerita
nyata mengenai kecelakaan Bashkirian Airlines Penerbangan 2937 dan Penerbangan
DHL 611. Peristiwa itu terjadi pada 1 Juli 2002, ketika dua pesawat menabrak
satu sama lain di udara di atas kota
Überlingen, Jerman.
Arnold Schwarzenegger yang
dipilih menjadi pemeran utama. Mantan pemeran film action ini memang sudah sangat berumur. Bulan Juli nanti umurnya
akan genap 70 tahun. Sudah seharusnya dia berganti ke film dengan kategori
drama dan thriller seperti film ini. Arnold
telah berperan di banyak film mulai menjadi Barbarian, seorang pahlawan, sampai
menjadi robot, tapi tidak pernah kita bayangkan seseorang dengan otot sebesar Arnold dapat menyentuh
hati kita dengan film drama. Dalam film ‘Aftermath’ ini, dia telah melakukan
apa yang kita bayangkan dia tidak akan mampu untuk melakukannya.
Cerita dimulai tentang seorang
mandor bangunan bernama Roman (Arnold Schwarzenegger) yang menanti istri dan
anaknya yang akan datang ke Amerika Serikat dengan menggunakan pesawat AX-112.
Pesawat tersebut terbang dari Kiev menuju
Frankfurt, dan kemudian New York .
Roman tiba di bandara untuk menjemput istri dan anaknya, tetapi jadwal
penerbangan di layar mengatakan delayed
tanpa menyebutkan perkiraan waktu tiba. Dia bertanya kepada bagian konter
penerbangan, mereka malah mengajak dirinya ke dalam kantor. Roman yang begitu
polosnya tanpa kecurigaan sama sekali, masih berharap istri dan anaknya telah
mendarat.
Betapa hancurnya hati Roman
mendengar bahwa pesawat yang ditumpangi istri dan anaknya telah mengalami
kecelakaan fatal. Fatal yang berarti hampir tidak mungkin ada yang selamat. Hatinya
hancur mengingat anaknya yang sedang mengandung cucunya, dia jatuh tidak
sadarkan diri.
Saat dia sedang berbicara dengan
pesawat EF-135 di meja lain, ada permintaan dari DH-616 untuk turun ke
ketinggian 9.000 kaki. Tentu saja dia tidak mendengarnya. Pada saat dia kembali
ke mejanya, dia langsung memberikan instruksi kepada AX-112 untuk turun ke
ketinggian 9.000 kaki karena terlihat pada radar, posisi 10.000 kaki ada DH-616
dari arah yang berlawanan. Karena dianggap sudah tidak ada masalah, dia
langsung melepas headsetnya dan mencoba telepon yang mati lagi.
Saat itulah DH-116 memberikan
informasi bahwa mereka mendapatkan instruksi sebelumnya untuk turun ke 9.000
kaki. Mereka memberi informasi bahwa mereka akan turun ke 9.000 kaki karena
tidak ada konfirmasi dari operator menara setelah beberapa kali kontak. Pada
saat Jake melihat kembali pada layar radarnya, baru dia terkejut kalau DH-116
sudah mulai turun ke ketinggian 9.000 kaki dan akan berhadapan langsung dengan
AX-112. Dia berusaha untuk menghubungi AX-112 tetapi sudah terlambat.
Itulah awal terjadinya kecelakaan
AX-112 yang bertabrakan dengan DH-116. Saya tidak tahu apakah cara kerja sebuah
operator menara pengawas lalu lintas udara hanya beranggotakan dua orang operator
untuk menjaga radar, dan apakah diperbolehkan sebuah pesawat menurunkan
ketinggian tanpa konfirmasi dari operator pengawas. Tetapi bila melihat sebab
dari kecelakaan tersebut, akan sangat mengerikan untuk naik pesawat. Satu
kesalahan manusia, akan mengakibatkan kecelakaan yang fatal.
Sementara Jake harus menjalani
pemeriksaan dari petinggi TCA (Terminal Control Area), Roman secara diam-diam
bergabung dengan tim pencari korban kecelakaan. Terlihat para tim pencari
korban harus berkeliling bukit untuk mengumpulkan semua barang dan mayat yang
berserakan. Roman akhirnya berhasil menemukan mayat anaknya yang tergantung di
pohon.
Film ini bercerita mengenai kedua
belah pihak menderita atas terjadinya kecelakaan. Roman yang berusaha untuk
menerima kenyataan, di sisi lain ada Jake yang berusaha keluar dari rasa
bersalahnya yang mengakibatkan dirinya ditinggal sang istri dan anaknya. Di
tambah dengan perusahaan TCA yang menawarkan pesangon kepada Jake dan
menyarankan untuk berganti nama, pekerjaan, dan memulai hidup baru di kota lain. Sedangkan
perusahaan penerbangan yang menawarkan perjanjian damai sebesar $160.000 atas
meninggalnya istri dan anaknya Roman. Keduanya menolak tawaran yang diberikan.
Cerita beralih ke tahun
berikutnya. Mereka menjalani kehidupan mereka yang hancur lebur dan berusaha
untuk move on. Walaupun Jake masih
belum bisa melupakan kecelakaan tersebut, kondisinya sudah mulai membaik. Istri
dan anaknya sudah mulai berani mengunjunginya. Sedangkan Roman, kondisinya
semakin memburuk. Bayangan sang istri dan anaknya terus datang mengganggu.
Pada saat Roman menemukan alamat
Jake dengan bantuan konsultan yang menangani kasusnya sejak pertama kali, Roman
hilang akal sehatnya dan menusukkan pisau dua kali ke badan dan leher Jake, di
mana istri dan anaknya melihat suami dan ayahnya tergeletak di lantai penuh
dengan darah.
Perlu diketahui bahwa film ini
adalah film drama sehingga ceritanya berjalan sangat pelan untuk membangun
kesedihan dan konflik dari kedua orang di kehidupan yang berbeda. Walaupun
cerita cukup bagus, ada beberapa adegan yang seharusnya bisa dipercepat
sehingga tidak terlalu bertele-tele. Dan di akhir ceritanya, sutradara tidak
berani untuk mengakhirinya dengan sesuatu yang mengejutkan. Sutradara lebih
memilih untuk membiarkan anaknya Jake yang sudah beranjak dewasa untuk
melepaskan Roman daripada membalaskan dendamnya. Mungkin karena diangkat dari
cerita nyata, sutradara dan penulis naskah tidak berani berkhayal dan
menjadikan filmnya menjadi lebih thriller.
No comments:
Post a Comment