Patriots Day (2017): Kisah Nyata Meledaknya Bom Pada Hari Pahlawan

‘Patriots Day’ diangkat dari kisah nyata meledaknya dua buah bom rakitan rumahan pada saat acara lari maraton. Bom tersebut menyebabkan meninggalnya tiga orang warga Boston dan 264 orang menderita luka-luka. Membutuhkan 27 rumah sakit untuk merawat semua korban, dan 14 orang dilaporkan harus melakukan amputasi atas akibat ledakan tersebut.

Kata Patriots Day diambil dari sebutan Hari Pahlawan yang dirayakan sebagai hari libur nasional di beberapa bagian Amerika Serikat. Patriots Day untuk mengingat para pahlawan yang gugur dalam peperangan antara Lexington dan Concord, yang merupakan perang pertama dari Perang Revolusi Amerika. Untuk merayakan hari besar tersebut, setiap tahun diadakan lomba lari maraton yang terbagi dalam beberapa kategori mulai dari pelari profesional, orang tua, disabilitas yang memakai kursi roda, sampai warga disabilitas yang memakai sepeda digerakkan menggunakan tangan.




Film ini bercerita mengenai Tommy Saunders yang diperankan oleh Mark Wahlberg, seorang polisi berpangkat Sersan yang ditugaskan sebagai koordinator lapangan untuk menjaga garis akhir dari acara lari maraton. Sebelumnya, ditampilkan bagian film yang menceritakan latar belakang mengenai beberapa korban termasuk cerita mengenai kondisi Tommy Saunders yang mengalami pembengkakan pada lutut kirinya.

Pada hari Pahlawan tiba, acara lari maraton berlangsung normal seperti tahun-tahun sebelumnya. Banyak polisi yang dikerahkan untuk menjaga keamanan. Yang tidak mereka ketahui bahwa ada dua orang yang mempunyai rencana untuk meledakkan bom. Tamerlan Tsarnaev (Themo Melikidze) dan adik laki-lakinya Dzokhar (Alex Wolff) membaur bersama para penonton. Mereka berpisah dan berdiri di dua tempat yang berbeda. Bom yang dirakit sendiri seperti bom panci yang pelakunya ditangkap di daerah Bandung sekitar akhir bulan Februari yang lalu.

Tamerlan Tsarnaev dan Dzokhar membawa bomnya dalam tas ransel. Pada saat berada di titik yang tepat, mereka meletakkan ransel ke tanah dan meninggalkannya pergi.

Pada saat para pelari memasuki jalan tersebut satu per satu, sebuah ledakan terjadi. Sebelum orang-orang sempat bereaksi dan menyadari apa yang terjadi, sebuah ledakan kembali terjadi yang posisinya hanya beberapa meter dari ledakan pertama. Setelah ledakan kedua terjadi, baru Tommy Saunders menyadari bahwa itu adalah serangan bom. Polisi, paramedis, dan para relawan mulai berhamburan menolong para korban yang bergeletakan di tanah.



Beberapa korban yang diceritakan pada awal cerita terlihat kembali di antara para korban. Sepasang suami istri Patrick Downes (Christopher O'Shea) dan Jessica Kinsky (Rachel Brosnahan) mengalami luka parah pada kaki mereka. Seorang ayah Steve Woolfenden (Dustin Tucker) bersama bayinya bernama Leo yang duduk di kursi bayi juga terkena ledakan. Sang ayah terkena ledakan tetapi masih sadar dan berusaha menjaga anaknya. Mukjizat si bayi tidak terluka sama sekali.

Film berlanjut mempertontonkan kerja sama antara kepolisian Boston dengan FBI saling membantu untuk melacak pelaku dari pengeboman tersebut. FBI dan polisi harus segera menangkap pelaku karena kemungkinan adanya bom yang belum diledakkan. Setelah mendapatkan petunjuk dan foto yang tidak terlalu jelas, mereka mulai pencarian kedua pelaku.

Setelah mendapatkan beberapa petunjuk di mana kedua pelaku Tamerlan Tsarnaev dan Dzokhar berusaha keluar dari Boston untuk menuju kota New York yang merupakan target peledakan berikutnya.

Pemerintah kota akhirnya harus mengeluarkan kebijakan darurat untuk menutup semua kegiatan kota dan menutup semua jalan keluar kota. Semua warga tidak diijinkan keluar dari rumah, sementara pihak kepolisian melakukan pemeriksaan dari rumah ke rumah.



Secara keseluruhan, film ini sangat bagus karena diangkat dari cerita nyata. Pemain utamanya Mark Whalberg juga memerankan karakternya dengan baik. Sayangnya, film ini hanya menceritakan tentang pencarian dan penangkapan para pelaku. Tidak ada cerita yang diungkapkan mengenai alasan mengapa pelaku melakukan bom tersebut. Entah karena keterbatasan waktu atau memang penyebab peledakan tersebut masih dirahasiakan oleh FBI.

Beberapa catatan pada akhir film, Dzokhar Tsarnaev dituntut hukuman mati dengan suntikan. Pada saat film ini dibuat, dia masih berada dalam tahanan menunggu keputusan pengadilan. Teman-teman kuliah Dzokhar sebanyak tiga orang juga ditangkap karena dianggap menghalangi penyelidikan. Di tengah-tengah film, diceritakan ketiga temannya sudah tahu bahwa Dzokhar terlibat dalam pengeboman dan bahkan mereka menemukan bahan pembuat bom di dalam kamar asramanya. Tetapi mereka tidak melapor kepada polisi.



Di akhir film kita juga ditunjukkan pengakuan dari para korban termasuk Patrick Downes dan Jessica Kinskey, sepasang suami istri yang harus di amputasi satu kakinya. Dan juga foto para korban yang telah meninggal dunia.

***

No comments:

Post a Comment