Film ini masuk dalam kategori thriller, walaupun menurut saya ini merupakan suatu cerita khayalan
yang bisa juga dimasukkan dalam kategori fiksi. Bukan film yang sempurna, dan
juga bukan termasuk film dengan bintang besar sehingga membuat film ini
mendapatkan penilaian yang sedang-sedang saja. Tetapi cukup menghibur bila kita
melihat dari alur cerita yang tidak pernah diangkat di layar lebar sebelumnya.
‘The Thinning’
mengangkat sebuah cerita yang fresh
yaitu mengenai populasi yang berlebihan di semua belahan dunia. Di Amerika
sendiri, setiap negara bagian mempunyai solusi yang berbeda. Ada yang melakukan pengetatan kelahiran atau
jumlah anak, sedangkan negara bagian lainnya menjalankan sistem hanya yang
pintar yang boleh hidup. Film ini menceritakan program yang kedua.
Cerita dimulai beberapa murid di sekolah yang sedang dalam
persiapan ujian negara. Ujian ini sangat penting artinya bagi para murid. Hasil
ujian yang menentukan apakah mereka bisa melanjutkan hidup mereka atau tidak.
Bila mereka gagal, maka mereka akan masuk dalam tahanan dan akan diinjeksi
mati.
Tetapi tentu saja, semua hal yang berhubungan dengan
pemerintahan, akan kembali kepada kepentingan politik dan korupsi. Tidak ada
sistem yang sempurna dan tidak ada besi yang tidak bisa dibengkokkan. Begitu
pula, sebuah sistem yang dianggap sempurna, bahkan lebih sempurna daripada
membatasi jumlah anak, akhirnya disalahgunakan juga.
Kebobrokan sistem ini terbongkar karena anak Gubernur yang
bernama Blake (Logan Paul) berpacaran dengan seorang murid wanita yang tidak
disetujui oleh sang ayah. Si ayah sangat mengharapkan anaknya mau fokus pada
pendidikannya, daripada pacaran. Dan dia menganggap pacarnya hanya memberikan
dampak yang buruk. Secara diam-diam, sang ayah menyuruh kepala pengawas ujian untuk
mengubah nilai dari pacarnya Blake. Seharusnya lulus menjadi tidak lulus. Tentu
saja, karena perubahan nilai tersebut membuat pacarnya dihukum mati.
Dia meminta kepada ayahnya untuk membantu pacarnya agar
dibebaskan dari hukuman. Tetapi sang ayah menolak dengan mengatakan bahwa dia
harus memegang prinsip dan menjunjung peraturan sebagai seorang Gubernur.
Blake yang awalnya tidak mengetahui bahwa ayahnya yang
membuat pacarnya dihukum mati, dia merasa kesal karena ayahnya tidak mau
membantu dan lebih memilih peraturan daripada kepentingan anaknya. Diapun
merencanakan untuk membuat dirinya sendiri tidak lulus dengan menjawab
pertanyaan secara asal-asalan di ujian berikutnya. Dia ingin tahu apakah benar
ayahnya menjunjung tinggi peraturan dan berani membiarkan anak satu-satunya
dihukum mati.
Tentu saja sang Gubenur tidak akan membiarkan anaknya
dihukum mati. Diapun mengubah nilai yang tidak lulus menjadi lulus. Tetapi
sebagai konsekuensinya harus ada yang dikorbankan. Nilai hanya bisa ditukar,
tidak bisa diganti begitu saja. Kepala pengawas ujian menukar nilai ujian Blake
dengan Laina Michaels (Peyton List). Dan itu sebuah kesalahan yang besar karena
Laina Michaels dikenal sebagai murid yang pintar. Bahkan dia juga bekerja paruh
waktu untuk menjadi guru privat.
Dengan tidak lulusnya Laina membuat gurunya menjadi heran
dan yakin ada kesalahan pada sistem. Tetapi pada saat dikonfirmasi ke kepala
pengawas, dia mengatakan tidak ada kesalahan. Gurunya akhirnya membantu Laina
untuk lari dari penjaga yang akhirnya bertemu dengan Blake. Mereka berdua harus
mencari bukti bagaimana Laina bisa gagal dalam ujian. Apakah mereka berhasil? Ada motif apa sehingga
dijalankannya sistem hukuman mati tersebut?
Film ini adalah proyek layar lebar pertama dari sutradara
dan penulis Michael J. Gallagher. Sebelumnya dia hannyalah seorang sutradara,
penulis dan produser dari film pendek dan seri televisi. Sehingga masih bisa
dimaklumi proyek pertama ini tidak mendapatkan tanggapan yang hangat dari
pengamat film Hollywood .
Apalagi, pemeran dalam film ini juga diambil dari pemain kelas B yang
berpengalaman dalam serial televisi seperti Logan Paul dan Peyton List.
Pengalaman mereka berakting masih jauh dari sempurna.
Kelemahan yang utama dari film ini adalah kurangnya kualitas
akting dari pemeran utama. Emosi dan ketakutan menghadapi kematian tidak dapat
dikeluarkan dengan baik oleh para pemain. Sehingga membuat alur cerita yang
bagus, menjadi terasa biasa-biasa saja. Seharusnya, bila pemeran utamanya dapat
membangun emosi, saya yakin film ini bisa menghasilkan film yang bagus.
Penulisan naskah film juga sangat berpengaruh dalam
kenyamanan dalam menonton sebuah film. Bila bahasa yang diucapkan terlalu baku dan kurang fleksibel,
membuat suasana menonton menjadi terganggu.
Sayang sekali, sebenarnya alur cerita dari film ini cukup
bagus dan original. Tetapi sutradara
gagal memasukkan emosi dan pengarahan akting yang bagus bagi para pemeran
utama. Tetapi masih cukup bila hanya untuk hiburan ringan.
***
No comments:
Post a Comment