The Assignment (2017): Movie Review



Pada saat mau menonton film ini, saya tidak tahu tentang apa. Ternyata ceritanya mengejutkan sekali. Walaupun awalnya banyak dialog, tetapi permainan skenario dan akting dari pemain utama sangat bagus sehingga tidak membosankan.

Film ini disutradarai oleh Walter Hill yang memang jagonya membuat film yang aneh-aneh. Saya yakin para pembaca pernah mendengar atau menonton film ‘Alien’ yang ada empat sekuel, ‘Alien vs Predator’, dan yang paling terakhir adalah ‘Prometheus’. Di film-film tersebut dia duduk sebagai produser. Sedangkan pada saat menjabat sebagai sutradara, dia lebih suka film-film action seperti ‘Wild Bill’, ‘Last Man Standing’, dan ‘Undisputed’. Walter Hill kurang lebih absen selama empat tahun sejak filmnya yang terakhir, sekarang dia kembali dengan membawa ‘The Assignment’ yang ditulis dan disutradarinya sendiri.

Kelihatannya Walter Hill sangat suka dengan Sigourney Weaver. Sigourney adalah sang ratu alien yang menjadi pemeran utama ‘Alien’ dari pertama kali muncul sampai yang ketiga. Dia kembali bekerja sama dengan Walter Hill sebagai pemeran antagonis dalam film ini. Sedangkan pemeran utama wanitanya diberikan kepada Michelle Rodriguez. Pemeran Letty dalam film ‘The Fast and The Furious’.

Cerita diawali dengan seorang wanita yang terbaring di atas ranjang dengan wajah yang seluruhnya dibalut dengan perban. Hanya kelihatan mata dan mulutnya saja. Kemudian film beralih ke Sigourney Weaver yang duduk dengan keadaan dipasung kedua tangannya. Dia berperan sebagai Dr. Rachel Kay, seorang dokter bedah plastik yang jenius. Di awal film mulai perlahan diceritakan secara flashback, mengenai seorang pembunuh bayaran yang bernama Frank Kitchen. Frank dibohongi oleh sekelompok mafia yang seolah-olah ingin memberikan tugas pembunuhan kepadanya. Ternyata dia malah ditangkap dan diserahkan kepada Dr. Rachel.



Dr. Rachel ternyata melakukan operasi selama Frank tidak sadarkan diri. Pada saat Frank bangun, dia melihat kondisinya yang penuh dengan perban. Diapun mulai melepas perban wajahnya, oh my God (aslinya dia ‘F’ word, saya ganti ke OMG), dia terkejut melihat wajahnya telah berubah dan jenggotnya yang sudah hilang dari wajahnya. Tidak hanya itu saja, dia melihat badannya sudah ada payudara. Dan dia memegang bagian bawah, sudah rata. Ternyata, Dr. Rachel melakukan operasi gender dan mengubah total kondisi tubuh Frank.

Di sini memang sedikit tidak masuk akal, bagaimana seseorang di operasi bisa tidak sadarkan diri dalam waktu yang lama, dan waktu bangun kondisi tubuh sudah sempurna tanpa ada bekas jahitan. Tetapi namanya juga film, di dunia politik saja banyak yang tidak masuk akal.

Frank ditinggalkan di sebuah penginapan kecil dengan 2 botol obat hormon yang harus dia minum setiap hari agar hormon kewanitaannya dapat berkembang sesuai dengan kondisi tubuhnya saat ini. Dia juga diberi uang dan sebuah rekaman. Dalam rekaman, Dr. Rachel menjelaskan mengapa dia melakukan hal itu. Frank pernah menerima pekerjaan untuk membunuh seorang pria, yang ternyata adalah adik dari Dr. Rachel. Untuk membalas dendam, dia melakukan operasi tersebut sebagai hukuman dan meminta Frank agar memulai hidup yang baru.

Dalam hidup barunya yang dipaksakan kepada dirinya, Frank hanya mempunyai satu tujuan yaitu membalas dendam terhadap bos mafia yang menjebaknya, Honest John. Frank mulai membunuh satu per satu anggota mafia Miami, mulai dari Earl Hawkins yang sudah lama bekerja sebagai mucikari untuk Honest John. Selanjutnya adalah dua orang Nikaragua Emece dan Trece, kemudian Joe Caddigan sebagai orang yang menangani dalam penjualan narkoba.

Film ini dikategorikan dalam action dan thriller, tetapi menurut saya lebih cocok ke thriller daripada action. Actionnya hanya tembak-tembakan biasa, tetapi penataan alur ceritanya yang membuat film ini layak ditonton. Alur ceritanya mengalir dengan santai, tanpa trik, tanpa twist yang membingungkan. Kali ini Michelle Rodriguez benar-benar harus mengeluarkan akting terbaiknya untuk menjadi seorang pria sekaligus menjadi wanita dengan suara pria. Sedangkan Sigourney Weaver sekali lagi membuktikan dia adalah artis veteran yang bisa menjadi siapa saja. Permainan dialog yang panjang bukan sesuatu yang mudah bagi seorang artis, tetapi Sigourney melakukannya dengan sangat sempurna.

*** Warning! More Spoiler Below***

Setelah berhasil menemukan Honest John dan membunuhnya. Frank mulai mencari dokter yang mengoperasi dirinya. Yang dia tidak sadari ternyata si dokter telah mengawasi setiap gerakannya, sehingga Frank kembali jatuh ke dalam jebakan Dr. Rachel. Karena film ini tidak ditujukan untuk membuat penonton terlalu banyak mikir, dengan mudah Frank dapat melepaskan diri dan membunuh para penjaga Dr. Rachel.



Di akhir cerita, Frank tidak membunuh Dr. Rachel, dia menjebaknya sehingga dia ditangkap oleh polisi karena praktek ilegal dan meninggalnya 3 orang pengawalnya dan 1 orang perawat pria. Dr. Rachel harus menikmati hidupnya di dalam rumah sakit jiwa.

***

No comments:

Post a Comment